PENDAHULUAN
Praktikum Industri Makanan Ternak kali
ini membahas materi tentang test sekam. Sekam merupakan kulit gabah hasil
samping dari proses penggilingan padi. Dari penggilingan padi juga akan
menghasilkan dedak, dimana dedak padi ini terdiri dari kulit ari, menir dan
sekam. Jumlah sekam dalam dedak padi sangat mempengaruhi kualitas dedak. Dedak
padi dengan kandungan sekam yang tinggi mempunyai kualitas nutrisi yang rendah
(jelek).
Sekam tidak layak dijadikan bahan
pakan ternak karena kandungan serat kasar yang tinggi dalam sekam tersebut
yaitu sekitar 35.5%. pakan yang mengandung dedak dengan kandungan sekam 10%
biasanya kurang begitu berpengaruh, tetapi jika kandungan sekam lebih dari 10%
akan dapat menurunkan performan ternak ayaym broiler dan menurunkan produksi
ayam petelur. Untuk ternak ruminansia, kandungan sekam dalam dedak masih dapat
ditolerir tidak lebih dari 25% karena ternak ruminansia memerlukan serat lebih
tinggi dibanding unggas.
Kandungan seakm mempunyai korelasi
positif terhadap kandungan serat kasar. Semakin tinggi kandunagn sekam semakian
tinggi juga kandungan serat kasarnya. Oleh karena itu, perlu ada batasan dan
teknik untuk mengetahui apakah kandungan seaam dalam dedak normal atau tidak.
Test sekam dapat dilakukan dengan larutan phloroglucinol 1%. Sekam dari dedak
padi akan berwarna merah jika terendam dalam larutan phloroglucinol 1%. Sebaran
warna merah menandakan kadar sekam dari dedak padi tersebut.
Tujuan paraktikum test sekam ini yaitu
untik mengetahui kualitas deadkyang digunakan dalam praktikum ini, untuk
mengetahui bagaimana cara mengukur lkadar sekam yang terdapat dalam dedak dan
untuk mengetahui berapa nilai kadar sekam itu sendiri.
Manfaat yang diperoleh dari praktikum
ini yaitu dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang
pengukuran kualitas bahan pakan, memberi pengalaman-pengalaman baru kepada
mahasiswa tentang nutrisi dan makanan ternak serta mahasiswa dapat
mempraktekkan secara langsung kegitan pengukuran test sekam tersebut.
TINJAUAN
PUSTAKA
Sekam adalah bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang kering, bersisik, dan tidak
dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam (endospermium dan embrio). Sekam dapat dijumpai pada hampir semua anggota
rumput-rumputan (Poaceae), meskipun pada beberapa jenis budidaya ditemukan
pula variasi bulir tanpa sekam, misalnya jagung dan gandum (Wahju, J . 1997)
Menurut Abriyanto wahyu (2007)
kandungan sekam mempunyai korelasi positif terhadap kandungan serat kasar. Semakin tinggi kandungan sekam, semakin
tinggi juga kandungan serat kasarnya. Oleh karena itu perlu ada batasan dan
teknik untuk mengetahui apakah kandungan sekam normal atau tidak. Kandungan
sekam umumnya kurang dari 13 %, namun seringkali ditemukan dedak padi yang
kandungan sekamnya lebih dari 15% (Supriyati, 1997). Untuk menghindari
penggunakan penggunaan dedak padi dengan kandungan sekam lebih dari 15%, perlu
dilakukan test dengan Flourogucinol. Karena telah diketahui bahwa
flouroglucinol tidak bereaksi dengan dedak namun memberikan warna merah pada
kulit padi (sekam). Uji dengan flouroglucinol ini juga bisa mendeteksi jika
dedak padi di campur atau terkontaminasi dengan serbuk gergaji, karena pada
prinsipnya flouroglucinol bereaksi dengan lignin yang ada dalam kulit padi.
Sekam adalah kulit gabah hasil
samping dari proses penggilingan padi. Sekam tidak layak sebagai bahan pakan
ternak karena kandungan serat kasar tinggi (35.3%). Pakan yang mengandung dedak
dengan kandungan sekam 10% biasanya kurang berpengaruh, tetapi lebih dari 10%
akan menurunkan performan ternak ayam broiller dan menurunkan produksi ayam
petelur (Rasyaf M, 1994). Untuk ternak ruminansia kandungan sekam dalam dedak
masih bisa ditelorir tidak lebih dari 25% karena ternak ruminansia memerlukan
serat lebih tinggi dibandingkan dengan unggas.
Sekam padi merupakan lapisan
keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang
saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir
beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan
sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan
baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Dari proses
penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari bobot gabah. Sekam padi memiliki komponen utama seperti
selulosa (31,4 – 36,3 %), hemiselulosa (2,9 – 11,8 %) , dan lignin (9,5 – 18,4
%) (Champagne,
2004).
Menurut Atmadja (2009) hasil
panen padi dari sawah disebut gabah. Gabah tersusun dari 15-30% kulit luar
(sekam), 4-5% kulit ari, 12-14% katul, 65-67% endosperm dan 2-3% lembaga. Sekam
membentuk jaringan keras sebagai perisai pelindung bagi butir beras terhadap
pengaruh luar. Kulit ari bersifat kedap terhadap oksigen, CO2 dan uap air,
sehingga dapat melindungi butir beras dari kerusakan oksidasi dan enzimatis. Lapisan katul merupakan lapisan yang
paling banyak mengandung vitamin B1. Selain itu katul juga mengandung protein, lemak, vitamin B2 dan niasin. Endosperm merupakan bagian utama dari
butir beras. Komposisi utamanya adalah pati. Selain pati, endosperm juga
mengandung protein dalam jumlah cukup banyak, serta selulosa, mineral dan
vitamin dalam jumlah kecil. Sekam merupakan 15-30% bagian gabah. Fungsi sekam
antara lain melindungi kariopsis dari kerusakan, serangan serangga dan serangan
kapang.
Dari proses penggilingan padi
biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling
antara 50-63,5%. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan
problem lingkungan ( Dina Karunia, 2008). Ditinjau data komposisi kimiawi,
sekam mengandung beberapa unsur kimia penting. Dengan komposisi kandungan
kimia, sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya: (a)
sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural
yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia, (b)
sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan,terutama kandungan silika (SiO
2 ) yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan
isolasi, husk-board dan campuran pada industri bata merah, (c) sebagai sumber
energipanas pada berbagai keperluan manusia,kadar selulosa yang cukup tinggi
dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil.
Menurut Thiara Mardi (2009) komposisi kimia sekam
padi adalah sebagai berikut :
-
kadar air : 9.02%
-
protein kasar : 3.03%
-
lemak : 1.18%
-
serat kasar : 35.68%
-
abu : 17.17%
-
karbohidrat dasar : 33.71%
-
karbon (zat arang) : 1.33%
-
hydrogen : 1.54%
-
oksigen : 33.64%
-
silika : 16.98%
MATERI DAN METODA
Waktu dan Tempat
Praktikum Industri
Makanan Ternak yang membahs materi test sekam dilaksanakan pada hari Rabu, 6
Mei 2010 pada pukul 14.00-16.30 wib yang bertempat dilaboratorium makanan
ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Materi
Alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu cawan Petri (masing-masing kelompok 4 buah
cawan), pipet tetes, ayakan mesh 40, larutan phloroglucinol 1%, dedak dan
sekam.s
Metoda
Siapkan sampel standar sekam terlebih
dahulu sebelum melakukan test sekam. Sampel standar sekam yang digunakan yaitu
10%, 15% dan 20%. Cara membuat sekam standar yaitu timbang dedak untuk sekam
standar 10%, 15% dan 20% secara berurutan yaitu 9 gr, 8.5 gr dan 8 gr, sebelum
ditimbang dedak di ayak terlebih dahulu. Kemudian timbang sekam dengan porsi 1
gr, 1.5 gr dan 2 gr. Campurkan dedak dan sekam tersebut sesuai dengan sekam
standar yang digunakan. Sekam standar ini dibuat untuk
kelompok besar.
Setelah sampel
standar sekam siap, maka kita sudah dapat mulai melakukan test sekam denagn
larutan phloroglucinol 1%. Caranya
yaitu denagn menimbang sampel standar sekam 10%, 15% dan 20% masing-masing
sebanyak 1 gr. Lalu timbang sampel dedak padi dari kelompok masing-masing
(kelompok kecil) sebanyak 1 gr. Letakkan masing-masing sampel dalam cawan petri
secara merata. Masukkan larutan phloroglucinol 1% kedalam masing-masing bahan
tersebut dengan mengunakan pipet tetes sebanyak 5 ml. Goyang-goyangkan cawan
petri hingga bahna tersebut bercampur merata dengan larutan phloroglucinol 1%.
Tunggu selama 10 menit, kemudian amati perubahan warnanya. Bandingkan hasil
yang didapat dengan sampel standar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pengamatan test sekam yang
dilakukan, maka didapat hasil sebagai berikut :
- Kelompok 1
Asal dedak
Nama toko : Rizki Jaya
Alamat : Depan tugu juang
Hasil pengujian : Kadar sekam dalam dedak > 20%
Keterangan :
Kualitas jelek
- Kelompok 2
Asal dedak
Nama toko :
Inti Unggas
Alamat : Talang Bakung
Hasil pengujian :
Kadar sekam dalam dedak > 20%
Keterangan : Kualitas jelek
- Kelompok 3
Asal dedak
Nama toko : Buana Jaya
Alamat : Talang Banjar
Hasil pengujian : Kadar sekam dalam dedak > 20%
Keterangan : Kualitas jelek
- Kelompok 4
Asal dedak
Nama toko : Din Jaya
Alamat : Depan tugu juang
Hasil pengujian : Kadar sekam dalam dedak > 20%
Keterangan : Kualitas jelek
- Kelompok 5
Asal dedak
Nama toko :
Din Jaya
Alamat : Depan tugu juang
Hasil pengujian :
Kadar sekam dalam dedak > 20%
Keterangan : Kualitas jelek
- Kelompok 6
Asal dedak
Nama toko : Sumber Harapan
Alamat : Jln. Lintas timur
Hasil pengujian : Kadar sekam dalam dedak > 20%
Keterangan : Kualitas jelek
Berdasarkan
data diatas dapat diketahui bahwa kadar sekam dedak padi dari semua kelompok
yaitu lebih 20%. Berdsarkan diktat penuntun praktikum Industri Makanan Ternak,
kadar sekam yang lebih dari 20% ini menandakan bahwa dedak yang digunakan
mempunyai kualitas yang jelek, dimanan kadar sekam yang direkomendsaikan untuk
dedak yaitu minimal 20%.
Dari proses penggilingan padi
biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling
antara 50-63,5%. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan
problem lingkungan ( Dina Karunia, 2008). Ditinjau data komposisi kimiawi,
sekam mengandung beberapa unsur kimia penting. Dengan komposisi kandungan
kimia, sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya: (a)
sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural
yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia, (b)
sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan,terutama kandungan silika (SiO
2 ) yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan
isolasi, husk-board dan campuran pada industri bata merah, (c) sebagai sumber
energipanas pada berbagai keperluan manusia,kadar selulosa yang cukup tinggi
dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil.
Sekam adalah kulit gabah hasil samping dari proses
penggilingan padi. Sekam
tidak layak sebagai bahan pakan ternak karena kandungan serat kasar tinggi
(35.3%). Pakan yang mengandung dedak dengan kandungan sekam 10% biasanya kurang
berpengaruh, tetapi lebih dari 10% akan menurunkan performan ternak ayam
broiller dan menurunkan produksi ayam petelur (Rasyaf M, 1994). Untuk ternak
ruminansia kandungan sekam dalam dedak masih bisa ditelorir tidak lebih dari
25% karena ternak ruminansia memerlukan serat lebih tinggi dibandingkan dengan
unggas.
Sekam padi merupakan lapisan
keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang
saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir
beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan
sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan
baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Dari proses
penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari bobot gabah. Sekam padi memiliki komponen utama seperti
selulosa (31,4 – 36,3 %), hemiselulosa (2,9 – 11,8 %) , dan lignin (9,5 – 18,4
%) (Champagne,
2004).
Menurut Abriyanto wahyu (2007)
kandungan sekam mempunyai korelasi positif terhadap kandungan serat kasar. Semakin tinggi kandungan sekam, semakin
tinggi juga kandungan serat kasarnya. Oleh karena itu perlu ada batasan dan
teknik untuk mengetahui apakah kandungan sekam normal atau tidak. Kandungan
sekam umumnya kurang dari 13 %, namun seringkali ditemukan dedak padi yang
kandungan sekamnya lebih dari 15% (Supriyati, 1997). Untuk menghindari
penggunakan penggunaan dedak padi dengan kandungan sekam lebih dari 15%, perlu
dilakukan test dengan Flourogucinol. Karena telah diketahui bahwa
flouroglucinol tidak bereaksi dengan dedak namun memberikan warna merah pada
kulit padi (sekam). Uji dengan flouroglucinol ini juga bisa mendeteksi jika dedak
padi di campur atau terkontaminasi dengan serbuk gergaji, karena pada
prinsipnya flouroglucinol bereaksi dengan lignin yang ada dalam kulit padi.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Dari
praktikum test sekam ini dapat disimpulkan bahwa jumlah sekam dalam dedak padi
sangat mempengaruhi kualitas dedak. Semakin tinggi kandungan sekam dalam dedak,
maka dedak akan mempunyai kualitas nutrisi yang rendah. Pakan yang mengandung
dedak dengan kandungan sekam 10% biasanya berpengaruh pada performan dan
produksi unggas, akan tetapi untuk ternak ruminansia kandunag sekam masih bisa
ditolerir hingga 25%. Untuk mengetahui kandunagn sekam dalam dedak dapat
dilakukan analisis dilaboratorium dengan menggunakan larutan phloroglucinol 1%.
Prinsip kerjanya yaitu tidak bereaksi dengan dedak namun dapat memberikan warna
merah pada kulit padi (sekam).
Saran
Untuk pelaksanaan praktikum
selanjutnya, diharapkan kepada praktikan agar dapat mempersiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan dalam praktikum sehingga praktikum dapat berjalan
dengan lancar. Selain itu diharapkan juga kepada praktikan agar dapat datang
tepat waktu, tertib dan tidak membuat keributan pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Abriyanto Wahyu. 2007. Analisa Dedak Padi Untuk Pakan Sapi. 7
mei 2010. http://duniasapi.com/analisa-dedak-padi-untuk-pakan-sapi/
Atmadja. 2009. Teknologi Pengolahan Beras. 7 Mei 2010. http://topagriculture.blogspot.com/2009/05/teknologi-pengolahan-beras.html
Champagne, Elaine T. 2004. RICE: Chemistry and Technology. American
Association of Cereal Chemists Inc. St.Paul,
Minnesota, USA
Dina Karunia. 2008. Kandungan Kimia Sekam Padi. 7 Mei 2010. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081110202957AA1CBsE
Rasyaf,M.1994.Ransum Ayam
Broiler.Aksi agraris Kanisius.Yogyakarta
Supriyati.1997.Pengujian
Makanan Ayam Petelur.Kanisius.Yogyakarta
Thiara Mardi. 2009. Sekam Padi Sebagai Energi Alternatif. 7 Mei 2010. http://blog.uns.ac.id/members/tara/
Wahyu,j.1997.Ilmu
Nutrisi Unggas.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta