Minggu, 11 Desember 2011

LAPORAN IMT "TEST SEKAM"


PENDAHULUAN
Praktikum Industri Makanan Ternak kali ini membahas materi tentang test sekam. Sekam merupakan kulit gabah hasil samping dari proses penggilingan padi. Dari penggilingan padi juga akan menghasilkan dedak, dimana dedak padi ini terdiri dari kulit ari, menir dan sekam. Jumlah sekam dalam dedak padi sangat mempengaruhi kualitas dedak. Dedak padi dengan kandungan sekam yang tinggi mempunyai kualitas nutrisi yang rendah (jelek).
Sekam tidak layak dijadikan bahan pakan ternak karena kandungan serat kasar yang tinggi dalam sekam tersebut yaitu sekitar 35.5%. pakan yang mengandung dedak dengan kandungan sekam 10% biasanya kurang begitu berpengaruh, tetapi jika kandungan sekam lebih dari 10% akan dapat menurunkan performan ternak ayaym broiler dan menurunkan produksi ayam petelur. Untuk ternak ruminansia, kandungan sekam dalam dedak masih dapat ditolerir tidak lebih dari 25% karena ternak ruminansia memerlukan serat lebih tinggi dibanding unggas.
Kandungan seakm mempunyai korelasi positif terhadap kandungan serat kasar. Semakin tinggi kandunagn sekam semakian tinggi juga kandungan serat kasarnya. Oleh karena itu, perlu ada batasan dan teknik untuk mengetahui apakah kandungan seaam dalam dedak normal atau tidak. Test sekam dapat dilakukan dengan larutan phloroglucinol 1%. Sekam dari dedak padi akan berwarna merah jika terendam dalam larutan phloroglucinol 1%. Sebaran warna merah menandakan kadar sekam dari dedak padi tersebut.
Tujuan paraktikum test sekam ini yaitu untik mengetahui kualitas deadkyang digunakan dalam praktikum ini, untuk mengetahui bagaimana cara mengukur lkadar sekam yang terdapat dalam dedak dan untuk mengetahui berapa nilai kadar sekam itu sendiri.
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini yaitu dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang pengukuran kualitas bahan pakan, memberi pengalaman-pengalaman baru kepada mahasiswa tentang nutrisi dan makanan ternak serta mahasiswa dapat mempraktekkan secara langsung kegitan pengukuran test sekam tersebut.























TINJAUAN PUSTAKA
Sekam adalah bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang kering, bersisik, dan tidak dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam (endospermium dan embrio). Sekam dapat dijumpai pada hampir semua anggota rumput-rumputan (Poaceae), meskipun pada beberapa jenis budidaya ditemukan pula variasi bulir tanpa sekam, misalnya jagung dan gandum (Wahju, J . 1997)
Menurut Abriyanto wahyu (2007) kandungan sekam mempunyai korelasi positif terhadap kandungan serat kasar. Semakin tinggi kandungan sekam, semakin tinggi juga kandungan serat kasarnya. Oleh karena itu perlu ada batasan dan teknik untuk mengetahui apakah kandungan sekam normal atau tidak. Kandungan sekam umumnya kurang dari 13 %, namun seringkali ditemukan dedak padi yang kandungan sekamnya lebih dari 15% (Supriyati, 1997). Untuk menghindari penggunakan penggunaan dedak padi dengan kandungan sekam lebih dari 15%, perlu dilakukan test dengan Flourogucinol. Karena telah diketahui bahwa flouroglucinol tidak bereaksi dengan dedak namun memberikan warna merah pada kulit padi (sekam). Uji dengan flouroglucinol ini juga bisa mendeteksi jika dedak padi di campur atau terkontaminasi dengan serbuk gergaji, karena pada prinsipnya flouroglucinol bereaksi dengan lignin yang ada dalam kulit padi.
Sekam adalah kulit gabah hasil samping dari proses penggilingan padi. Sekam tidak layak sebagai bahan pakan ternak karena kandungan serat kasar tinggi (35.3%). Pakan yang mengandung dedak dengan kandungan sekam 10% biasanya kurang berpengaruh, tetapi lebih dari 10% akan menurunkan performan ternak ayam broiller dan menurunkan produksi ayam petelur (Rasyaf M, 1994). Untuk ternak ruminansia kandungan sekam dalam dedak masih bisa ditelorir tidak lebih dari 25% karena ternak ruminansia memerlukan serat lebih tinggi dibandingkan dengan unggas.
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari bobot gabah. Sekam padi memiliki komponen utama seperti selulosa (31,4 – 36,3 %), hemiselulosa (2,9 – 11,8 %) , dan lignin (9,5 – 18,4 %) (Champagne, 2004).
Menurut Atmadja (2009) hasil panen padi dari sawah disebut gabah. Gabah tersusun dari 15-30% kulit luar (sekam), 4-5% kulit ari, 12-14% katul, 65-67% endosperm dan 2-3% lembaga. Sekam membentuk jaringan keras sebagai perisai pelindung bagi butir beras terhadap pengaruh luar. Kulit ari bersifat kedap terhadap oksigen, CO2 dan uap air, sehingga dapat melindungi butir beras dari kerusakan oksidasi dan enzimatis. Lapisan katul merupakan lapisan yang paling banyak mengandung vitamin B1. Selain itu katul juga mengandung protein, lemak, vitamin B2 dan niasin. Endosperm merupakan bagian utama dari butir beras. Komposisi utamanya adalah pati. Selain pati, endosperm juga mengandung protein dalam jumlah cukup banyak, serta selulosa, mineral dan vitamin dalam jumlah kecil. Sekam merupakan 15-30% bagian gabah. Fungsi sekam antara lain melindungi kariopsis dari kerusakan, serangan serangga dan serangan kapang.
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5%. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan ( Dina Karunia, 2008). Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia penting. Dengan komposisi kandungan kimia, sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya: (a) sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia, (b) sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan,terutama kandungan silika (SiO 2 ) yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi, husk-board dan campuran pada industri bata merah, (c) sebagai sumber energipanas pada berbagai keperluan manusia,kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil.
Menurut Thiara Mardi (2009) komposisi kimia sekam padi adalah sebagai berikut :
-          kadar air : 9.02%
-          protein kasar : 3.03%
-          lemak : 1.18%
-          serat kasar : 35.68%
-          abu : 17.17%
-          karbohidrat dasar : 33.71%
-          karbon (zat arang) : 1.33%
-          hydrogen : 1.54%
-          oksigen : 33.64%
-          silika : 16.98%


















MATERI DAN METODA
Waktu dan Tempat
            Praktikum Industri Makanan Ternak yang membahs materi test sekam dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Mei 2010 pada pukul 14.00-16.30 wib yang bertempat dilaboratorium makanan ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Materi
            Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cawan Petri (masing-masing kelompok 4 buah cawan), pipet tetes, ayakan mesh 40, larutan phloroglucinol 1%, dedak dan sekam.s
Metoda
            Siapkan sampel standar sekam terlebih dahulu sebelum melakukan test sekam. Sampel standar sekam yang digunakan yaitu 10%, 15% dan 20%. Cara membuat sekam standar yaitu timbang dedak untuk sekam standar 10%, 15% dan 20% secara berurutan yaitu 9 gr, 8.5 gr dan 8 gr, sebelum ditimbang dedak di ayak terlebih dahulu. Kemudian timbang sekam dengan porsi 1 gr, 1.5 gr dan 2 gr. Campurkan dedak dan sekam tersebut sesuai dengan sekam standar yang digunakan. Sekam standar ini dibuat untuk kelompok besar.
            Setelah sampel standar sekam siap, maka kita sudah dapat mulai melakukan test sekam denagn larutan phloroglucinol 1%. Caranya yaitu denagn menimbang sampel standar sekam 10%, 15% dan 20% masing-masing sebanyak 1 gr. Lalu timbang sampel dedak padi dari kelompok masing-masing (kelompok kecil) sebanyak 1 gr. Letakkan masing-masing sampel dalam cawan petri secara merata. Masukkan larutan phloroglucinol 1% kedalam masing-masing bahan tersebut dengan mengunakan pipet tetes sebanyak 5 ml. Goyang-goyangkan cawan petri hingga bahna tersebut bercampur merata dengan larutan phloroglucinol 1%. Tunggu selama 10 menit, kemudian amati perubahan warnanya. Bandingkan hasil yang didapat dengan sampel standar.































HASIL DAN PEMBAHASAN
            Dari pengamatan test sekam yang dilakukan, maka didapat hasil sebagai berikut :
 - Kelompok 1
            Asal dedak
            Nama toko                  : Rizki Jaya
            Alamat                        : Depan tugu juang
            Hasil pengujian           : Kadar sekam dalam dedak > 20%
            Keterangan                  : Kualitas jelek
 - Kelompok 2
            Asal dedak
            Nama toko                  : Inti Unggas
            Alamat                        : Talang Bakung
            Hasil pengujian           : Kadar sekam dalam dedak > 20%
            Keterangan                  : Kualitas jelek
 - Kelompok 3
            Asal dedak
            Nama toko                  : Buana Jaya
            Alamat                        : Talang Banjar
            Hasil pengujian           : Kadar sekam dalam dedak > 20%
            Keterangan                  : Kualitas jelek
 - Kelompok 4
            Asal dedak
            Nama toko                  : Din Jaya
            Alamat                        : Depan tugu juang
            Hasil pengujian           : Kadar sekam dalam dedak > 20%
            Keterangan                  : Kualitas jelek
 - Kelompok 5
            Asal dedak
            Nama toko                  : Din Jaya
            Alamat                        : Depan tugu juang
            Hasil pengujian           : Kadar sekam dalam dedak > 20%
            Keterangan                  : Kualitas jelek
 - Kelompok 6
            Asal dedak
            Nama toko                  : Sumber Harapan
            Alamat                        : Jln. Lintas timur
            Hasil pengujian           : Kadar sekam dalam dedak > 20%
            Keterangan                  : Kualitas jelek
            Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa kadar sekam dedak padi dari semua kelompok yaitu lebih 20%. Berdsarkan diktat penuntun praktikum Industri Makanan Ternak, kadar sekam yang lebih dari 20% ini menandakan bahwa dedak yang digunakan mempunyai kualitas yang jelek, dimanan kadar sekam yang direkomendsaikan untuk dedak yaitu minimal 20%.
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5%. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan ( Dina Karunia, 2008). Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia penting. Dengan komposisi kandungan kimia, sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya: (a) sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia, (b) sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan,terutama kandungan silika (SiO 2 ) yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi, husk-board dan campuran pada industri bata merah, (c) sebagai sumber energipanas pada berbagai keperluan manusia,kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil.
Sekam adalah kulit gabah hasil samping dari proses penggilingan padi. Sekam tidak layak sebagai bahan pakan ternak karena kandungan serat kasar tinggi (35.3%). Pakan yang mengandung dedak dengan kandungan sekam 10% biasanya kurang berpengaruh, tetapi lebih dari 10% akan menurunkan performan ternak ayam broiller dan menurunkan produksi ayam petelur (Rasyaf M, 1994). Untuk ternak ruminansia kandungan sekam dalam dedak masih bisa ditelorir tidak lebih dari 25% karena ternak ruminansia memerlukan serat lebih tinggi dibandingkan dengan unggas.
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari bobot gabah. Sekam padi memiliki komponen utama seperti selulosa (31,4 – 36,3 %), hemiselulosa (2,9 – 11,8 %) , dan lignin (9,5 – 18,4 %) (Champagne, 2004).
Menurut Abriyanto wahyu (2007) kandungan sekam mempunyai korelasi positif terhadap kandungan serat kasar. Semakin tinggi kandungan sekam, semakin tinggi juga kandungan serat kasarnya. Oleh karena itu perlu ada batasan dan teknik untuk mengetahui apakah kandungan sekam normal atau tidak. Kandungan sekam umumnya kurang dari 13 %, namun seringkali ditemukan dedak padi yang kandungan sekamnya lebih dari 15% (Supriyati, 1997). Untuk menghindari penggunakan penggunaan dedak padi dengan kandungan sekam lebih dari 15%, perlu dilakukan test dengan Flourogucinol. Karena telah diketahui bahwa flouroglucinol tidak bereaksi dengan dedak namun memberikan warna merah pada kulit padi (sekam). Uji dengan flouroglucinol ini juga bisa mendeteksi jika dedak padi di campur atau terkontaminasi dengan serbuk gergaji, karena pada prinsipnya flouroglucinol bereaksi dengan lignin yang ada dalam kulit padi.



KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Dari praktikum test sekam ini dapat disimpulkan bahwa jumlah sekam dalam dedak padi sangat mempengaruhi kualitas dedak. Semakin tinggi kandungan sekam dalam dedak, maka dedak akan mempunyai kualitas nutrisi yang rendah. Pakan yang mengandung dedak dengan kandungan sekam 10% biasanya berpengaruh pada performan dan produksi unggas, akan tetapi untuk ternak ruminansia kandunag sekam masih bisa ditolerir hingga 25%. Untuk mengetahui kandunagn sekam dalam dedak dapat dilakukan analisis dilaboratorium dengan menggunakan larutan phloroglucinol 1%. Prinsip kerjanya yaitu tidak bereaksi dengan dedak namun dapat memberikan warna merah pada kulit padi (sekam).
                                                                Saran                               
Untuk pelaksanaan praktikum selanjutnya, diharapkan kepada praktikan agar dapat mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar. Selain itu diharapkan juga kepada praktikan agar dapat datang tepat waktu, tertib dan tidak membuat keributan pada saat praktikum.





DAFTAR PUSTAKA
Abriyanto Wahyu. 2007. Analisa Dedak Padi Untuk Pakan Sapi. 7 mei 2010. http://duniasapi.com/analisa-dedak-padi-untuk-pakan-sapi/

Atmadja. 2009. Teknologi Pengolahan Beras. 7 Mei 2010. http://topagriculture.blogspot.com/2009/05/teknologi-pengolahan-beras.html

Champagne, Elaine T. 2004. RICE: Chemistry and Technology. American Association of Cereal Chemists Inc. St.Paul, Minnesota, USA

Dina Karunia. 2008. Kandungan Kimia Sekam Padi. 7 Mei 2010. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081110202957AA1CBsE

Rasyaf,M.1994.Ransum Ayam Broiler.Aksi agraris Kanisius.Yogyakarta
Supriyati.1997.Pengujian Makanan Ayam Petelur.Kanisius.Yogyakarta
Thiara Mardi. 2009. Sekam Padi Sebagai Energi Alternatif. 7 Mei 2010. http://blog.uns.ac.id/members/tara/

Wahyu,j.1997.Ilmu Nutrisi Unggas.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta

Senin, 24 Oktober 2011

JeNIS-JENIS KAMBING PERAH

1. Kambing Etawa
Berasal dari wilayah Jamnapari India. Kambing ini paling popular di Asia Tenggara, termasuk tipe dwiguna yaitu penghasil susu dan penghasil daging. Ciri-cirinya postur tubuh besar, telinga panjang menggantung, bentuk muka cembung, bulu bagian paha sangat lebat, BB jantan mencapai 90 kg, BB betina 60 kg. produksi susu mencapai 235 kg/ms laktasi. Di Indonesia untuk perbaikan mutu kambing local maka menghasilkan kambing PE (Peranakan Etawa). Sentra terbesar kambing PE adalah di Kaligesing Purworejo Jawa Tengah.
2. Kambing Alpin
Berasal dari Pegunungan Alpen Swiss, Keberadaan kambing jenis ini menebar ke seluruh daratan eropa. Ciri-ciri kambing Alpen telinga berukuran sedang dan megarah ke atas dengan warna bulu dominan putih, hitam, coklat. BB jantan mencapai 90 kg, BB betina 65 kg. Produksi susu 600 kg/ms laktasi
3. Kambing Saanen
Berasal dari lembah Saanen Swiss bagian barat. Merupakan jenis kambing terbesar di Swiss.Sulit berkembang di wilayah tropis karena kepekaannya terhadap matahari. Ciri-ciri telinga tegak dan mengarah ke depan, bulu dominant putih, kadang2 ditemui bercak hitam pada hidung, telinga atau ambing. Tidak bertanduk dan termasuk tipe dwiguna. Produksi susu 740 kg/ms laktasi.
4. Kambing Toggenburg
Berasal dari Toggenburg Valley (wilayah timur laut Swiss). Ciri-ciri telinga tegak menghadap ke depan, hidung agak cembung, warna bulu merah tua/coklat dengan bercak putih. BB jantan 80 kg betina 60 kg. Yang paling menonjol adalah kehalusan bulunya. Produksi susu 600 kg/ms laktasi.
5. Kambing Anglo Nubian
Berasal dari Wilayah Nubia (Timur Laut Afrika). Ciri-ciri telinga menggantung dan ambing besar, warna bulu hitam, merah, coklat, putih atau kombinasi warna2 tersebut. BB jantan 90 kg, betina 70 kg. Produksi susu 700 kg/ms laktasi.
6. Kambing Beetal
Berasal dari Punjab India, Rawalpindi dan Lahore (Pakistan). Diduga merupakan hasil persilangan antara kambing Etawa dengan kambing local karena cirri fisiknya sangat menyerupai Etawa. Produksi susu 190 kg/ms laktasi.
Manfaat dan Khasiat susu kambing
Selain dijual dalam bentuk segar, susu kambing juga dapat diolah menjadi produk lain seperti yogurt, keju, mentega. Butiran lemak susu kambing berukuran antara 1-10 milimikron sama dengan susu sapi, tetapi jumlah butiran lemak yang berdiameter kecil dan homogen lebih banyak terdapat pada susu kambing sehingga susu kambing lebih mudah dicerna alat pencernaan manusia, serta tidak menimbulkan diare pada orang yang mengkonsumsinya. . Susu kambing juga tidak mengandung karoten, sehingga warna susu kambing lebih putih daripada susu sapi.
Khasiat susu kambing antara lain untuk terapi TBC, membantu memulihkan kondisi orang yang baru sembuh dari sakit, mempu mengontrol kadar kolesterol dalam darah. Untuk meningkatkan kesehatan kulit, terutama bagian wajah. Kandungan gizi susu kambing dapat meningkatkan pertumbuhan bayi dan anak-anak serta membantu keseimbangan proses metabolisme, mendukung pertumbuhan tulang dan gigi, membantu pembentukan sel darah merah dan jaringan tubuh. Baik bagi wanita dewasa untuk mengembalikan zat besi setelah haid, kekurangan darah (anemia), kehamilan serta pendarahan setelah melahirkan. Kandungan mineralnya memperlambat proses osteoporosis.

Faktor yang mempengaruhi komposisi susu kambing
1. Variasi antar jenis kambing
Dengan aneka karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya maka akan terdapat variasi dalam jumlah produksi susunya.
2. Variasi Inter jenis kambing
Setiap indivudi dari jenis/bangsa yang sama memiliki variasi dalam jumlah susu yang dihasilkan walopun jenis atau bangsa sama, tetapi jika umur dan masa laktasi berbeda maka jumlah produksi susu juga berbeda.
3. Faktor genetik
Adalah faktor yang diturunkan dari nenek moyang dan memiliki sifat kebakaan.
4. Musim
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kambing yang beranak pada musim gugur memiliki tingkat produksi yang lebih tinggi disbanding kambing yang beranak musim panas.
5. Umur
Produksi susu kambing meningkat seiring bertambahnya umur dan mencapai puncak pada saat berumur 5-7 tahun, yakni pada masa laktasi ke-3 atau ke-5. selanjutnya produksi susu akan menurun.
6. Lama masa laktasi
Dalam satu jenis atau bangsa kambing perbedaan lama masa laktasi menyebabkan perbedaan jumlah total produksi susu selama masa laktasi. Semakin lama masa laktasi akan semakin banyak total produksi susu yang dihasilkan. Korelasi ini tidak berarti akan semakin tinggi keuntungan yang diraih.
7. Faktor perawatan dan perlakuan
Suasana kandang yang nyamn sangat mendukung utnuk berproduksi secara optimal.
8. Pengaruh masa birahi dan kebuntingan
Kambing yang dikawinkan kembali setelah 3 bulan beranan tingkat produksi susunya akan lebih cepat menurun disbanding kambing yang sedang laktasi tetapi tidak bunting. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya kuantitas dan kualitas pakan yang dikonsumsi, serta tingginya kebutuhan kambing akan zat-zat makanan utnuk mendukung [proses fisiologis dalam tubuhnya.
9. Frekuensi pemerahan
Berdasar hasil penelitian kambing yang diperah 2x sehari total produksi susunya lebih tinggi daripada kambing yang diperah 1x sehari.
10. Jumlah anak dalam sekali melahirkan.
Produksi susu kambing perah yang beranak 2 ekor dalam 1 kali melahirkan biasanya 20-30% lebih tinggi dari kambing perah yang hanya beranak 1 ekor.penyebabnya adalah rangsangan menyusui dari anak kambing (cempe) yang dilahirkan
11. Pergantian pemerah
Kambing ternmasuk hewan yang tidak terlalu mudah beradaptasi pada kondisi lingkungan yang berubah drastic. Pergantian pemerah akan menyebabkan kambing mengalami stress.
12. Lama masa kering
Utnutk mendorong produksi beranak 3x dalam 2 tahun biasanya kambing dikawinkan kembali setelah beranak 3 bulan atau saat pertama birahi muncul. Dalam kondisi demikian kambing membutuhkan waktu untuk menjalani masa kering selama 2 bulan agar memiliki kesempatan untuk kembali pulih kondisinya.
13. Faktor hormonal
Hormone yang berperan dalam produksi susu adalah laktogen.penyuntika n hormone ini pada saat laktasi menyebabkan produksi susu meningkat.
14. Faktor pakan
Produksi susu akan mencapai optimal jika pakan yang diberikan dan dikonsumdi oleh kambing jumlah dan kualitasnya cukup. Komposisi hijauan dan konsentrat harus seimbang.
15. Pengaruh penyakit
Kambing perah yang sedang laktasi produksi susunya akan menurunjik terserang penyakit. Bahkan bisa langsung terhenti. Efek obat yang diberikan juga akan berpengaruh terhadap produksi dan kualitas susu yang dihasilkan.
Pemberian pakan
Secara alamiah kerena kehidupan awalnya di daerah pegunungan kambing akan lebih menyukai rambanan (daun-daunan) daripada rumput. Kambing termasuk jenis jewan ruminansia. Ruminansia tidak terlalu bergantung pada kadar zat-zat gizi pakan yang dikonsumsinya, karena proses di dalam rumen mampu menghasilkan zat gizi yang mudah diserap tubuh. Kadang pemberian pakan protein tinggi tidak efisien, karena protein tersebut mudah terurai dan terfermentasi oleh mikrobia rumen.
Ruminansia mampu mensintesis asam amino dari unsure yang dihasilkan oleh berbagai proses yang terjadi dalam rumen. Ruminansia mampu mengkonsumsi urea dlam jumlah terbatas yang di dalam rumen akan terurai menjadi amoniak dan merupakan bahan utama pembentuk asam amino. Selain bahan pakan yang dikonsumsi kebutuhan tubuh terhadap protein juga dipenuhi dari mikrobia rumen.
1 Bahan pakan
Secara umum kebutuhan zat pakan bagi kam,bing dikelompokkan dalam 2 golongan besar sumber pakan yaitu bahan pakan sumber energi dan bahan pakan sumber protein.
Bahan pakan sumber energi terdiri dari bahan pakan yang berupa biji-bijian dan sisa serealia (mis : tepung, jagung dan dedak padi), umbi- umbian (mis : tepung singkong, onggok, ubi jalar) dan hijauan (mis : rumput setaria dan rumput lapang). Bahan pakan sumber protein bisa berupa biji-bijian misal tepung bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap, biji kapas atau tepung2 yang berasal dari hewan atau bagian tubuh hewan seperti tepung darah dan tepung ikan. Beberapa contoh hijauan yang merupakan sumber protein seperti daun gliricidae, turi, lamtoro, centrocema, dan kacang gude.
Pakan hijauan dalam keadaan segar umumnya lebih disukai kambing dibanding dengan pakan dalam keadaan layu atau kering. Namun ada beberapa jenis hijauan yang dalam keadaan segar masih mengandung racun yang membahayakan kehidupan kambing seperti gliricidae, sebaiknya hijauan jenis tersebut dilayukan dulu selama 2-3 jam di sinar matahari atau diinapkan semalam sebelum diberikan pada ternak. Pemberian hijauan yang bervariasi akan memberi dampak yang lebih baik.
Kebutuhan kambing akan bahan pakan sangat tergantung dari kondisi fisiologis kambing tersebut, secara umum kambing membutuhkan hijauan segar sebanyak 10% dari berat badan atau berat hidupnya. Misal beratnya 30 kg maka kambing tersebut membutuhkan 3 kg hijauan/hr. Perlu diketahui bahwa tidak semua bagian hijauan disukai oleh kambing.beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian hijauana yang dicincang sekitar 5-10 cm akan lebih efisien dikonsumsi oleh kambing, karena bentuknya yang kecil-kecil.
Contohnya batang muda jika diberikan secara utuh kurang disukai oelh kambing tetapi dengan dicincang akan lebih mudah tercampur dengan jenis pakan yang lain sehingga memungkinkan kambing untuk memakannya.
2. Pemberian konsentrat
Pakan sebagai sumber protein merupakan hal yang mutlak diperlukan oleh kambing yang sedang laktasi, karena proses pembentukan susu membutuhkan suplai protein yang lebih tinggi. Sistem pencernaan rumen seringkali menjadi penyebab kurang efektifnya pemberian konsentrat dengan kadar protein tinggi. Penyebabnya adalah konsentrat tersebut akan diurai atau difermentasi oleh bakteri dan mikroba lain dalam rumen, sehingga pprotein terdegradasi sebelum diserap tubuh. Untuk itu pemberian konsentrat perlu disiasati. Waktu pemberian yang terbaik adalah saat kambing sudah banyak mengkonsumsi hijauan, tetapi belum kenyang. Pada saat itu, rumen akan dipenuhi oleh hijauan, sehingga aktivitas rumen sedang tinggi-tingginya. Pemberian konsentrat saat seperti ini bisa menghindari proses fermentasi bahan pakan dalam rumen sehingga keberadaan zat-zat makanan dapat dipertahankan. Hal ini disebabkan konsentrat tidak terlalu lama berada dalam rumen.
Beberapa bahan konsentrat yang biasa diberikan adalah bekatul, bungkil kedelai, ampas tahu, bungkil kelapa atau campuran dari beberapa konsentrat. Misal 62% bekatul, 20% ampas tahu, 15% bungkil kedelai, 1% garam dapur, dan 2% tepung tulang. Jumlah pemberian sebanyak 0,5- 0,6 kg/ekor dan diberikan dalam bentuk bubur(dicampur dengan air). Usahakan konsentrat agar habis dalam waktu singkat untuk menghindari tumbuhnya jamur yang bias menimbulkan penyakit.
3. Vitamin dan Mineral
Selain bahan pakan sumber protein dan sumber energi, kambing memiliki kebutuhan akan vitamin dan mineral yang sebenarnya bisa tercukupi dengan pemberian pakan yang bervariasi. Jika kurang bervariasi sebaiknya dilakukan pemberian zeolit, garam dapur, atau tepung tulang sebagai sumber mineral dengan dosis tidak lebih dari 5 permil (5/1000) untuk setiap 1 kg berat badan. Vitamin dibutuhkan kambing dalam jumlah sedikit tetapi sangat berpengaruh dalam proses metabolisme dan daya tahan tubuhnya terhadap penyakit. Pemberian garam dapur selain untuk memenuhi kebutuhan mineral dapat juga untuk meningkatkan nafsu makan kambing. Pemberiannya sebaiknya tidak terjadwal, tetapi sudah dalam keadaan tersedia setiap saat di dalam kandang. Penempatannya bisa di dalam ember khusus yang digantung di dekat tempat hijauan setinggi 50-90 cm dr atas lantai.
4. Air
Sebanyak 70% tubuh kambing berupa air. Kekurangan air yang mencapai 20% menyebabkan kambing dehidrasi. Makanya ketersediaan air merupakan suatu hal yang mutlak. Secara umum seekor kambing membutuhkan air sebanyak 1,5-2,5 liter/hari. Sebaiknya air disediakan dalam jumlah yang tidak terbatas artinya jika air di wadahnya tinggal sedkit segera ditambah lagi.
5. Penggunaan UMB (Urea Molasses Block)
UMB mengandung non protein nitrogen (NPN) yang dalam rumen akan mengaktifkan mikroba rumen dan sintesis menjadi asam amino. UMB juga terdiri dari berbagai bahan penyusun lainnya seperti molasses, dedak padi, dan tepung tapioka (sebagai sumber energi), bungkil kedelai (sumber protein), garam dapur, tepung tulang dan kapur (sumber mineral). Pemberian UMB 4 gr/hari/kg berat badan mampu meningkatkan pertambahan berat badan harian kambing dan meningkatkan akseptabilitas kambing terhadap limbah pertanian dengan serat kasar cukup tinggi seperti kulit dan tongkol jagung.